Kami menamainya senja. Karena dia indah seindah senja. Coba saja
duduk dan nikmati peralihan senja menuju malam. Peralihannya cantik,
anggun dan sabar. Begitulah dia. Menatapnya adalah keindahan senja yang
langitnya selalu beda tapi selalu indah. Menatapnya adalah ungkapan
syukur tak henti karena telah mengenalnya.
Mengenalnya
setaun lalu adalah cerita bahagia yang dimulai dan tak akan diakhiri.
Duduk berempat bersama Roe dan Sita selepas keliling GOR BK untuk
pameran buku. Di sela makan siang itu, kami bertiga (selain acha) cerita
heboh dengan dialek Ambon dan gak peduli orang sekitar. Dan Acha hanya
ber-hooh-ria atau ngangguk ngangguk saja. Awalnya kupikir karena ini
pertemuan perdana dia jadi masih pendiam. Iseng kutanya “Sudah berapa
lama di Jakarta? Kalo di Ambon tinggal dimana? Terkhir ke Ambon kapan?”
Dan terungkaplah fakta bahwa perempuan manis ini berdarah setengah Ambon
dan belum pernah menginjakkan kakinya di Ambon. Jedeer… kutanya lagi
“ngerti bahasa Ambon?” yang tentu saja dijawab “Tidak” olehnya. Ahay,
pantas saja cuma ngangguk ngangguk. Tidak mengerti ternyata, sodara
sodara. Ini kalo tadi dia digosipin juga gak tahu kali ya
Sejak
itulah, keakraban mulai tercipta dan puncaknya pada malam 24 Juli 2011
di Plaza Semanggi. Orang pertama yang datang dan harus menunggu kami
yang lain. Saat menunggu itu, Alhamdulillah darah Jawanya yang
mendominasi, jadi sabaaaar banget. Kalo darah Ambon, sudah ngamuk ngamuk
tuh dianggurin sekian lama karena yang lain kena macet jalan. Saya
waktu itu malah salah naik bus Trans Jakarta yang akhirnya malah muter
muter dulu. Pertemuan perdana yang kalem nan pendiam itu berganti dengan
pertemuan kedua yang heboh, penuh canda dan terciptalah satu keluarga
baru.
Persahabatan dan persaudaraan dengan Acha semakin
special ketika untuk pertamakalinya dia ke Ambon justru untuk menghadiri
pernikahanku. See… betapa saya merasa begitu special dalam hidupnya.
Satu mimpiku dan satu mimpi Acha terjadi bersamaan. Dari mimpi mimpi
itu, lahirlah mimpi mimpi lain kami. Semoga semua tercapai satu demi
satu. Kau senja yang elegan, kau senja yang menyisakan harap setelah
berjuang. Kau senja yang sahaja.
Kau tahu apa yang indah sist? Ketika gerimis terjadi saat senja. Saat itu ku merasa aku dan kamu satu.
Miladun barokah sayang. Semoga Allah mengijabah setiap doamu. Membuatmu bahagia di dunia dan di akhirat.
*ditulis sebagai kado ultah dari caca qu tersayang Febry Waliulu, danke caca*
aku ga bisa menjadi yg terbaik utk mu, tp qu janji qu akan selalu ada mendampingi mu -habibie&ainun-
Kamis, 24 Mei 2012
Senja, Mimpi, Kita
Ditulis oleh
cheracau
::
Kamis, Mei 24, 2012
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
0 komentar:
Posting Komentar