Kamis, 24 Mei 2012

Senja, Mimpi, Kita

Kami menamainya senja. Karena dia indah seindah senja. Coba saja duduk dan nikmati peralihan senja menuju malam. Peralihannya cantik, anggun dan sabar. Begitulah dia. Menatapnya adalah keindahan senja yang langitnya selalu beda tapi selalu indah. Menatapnya adalah ungkapan syukur tak henti karena telah mengenalnya.

Mengenalnya setaun lalu adalah cerita bahagia yang dimulai dan tak akan diakhiri. Duduk berempat bersama Roe dan Sita selepas keliling GOR BK untuk pameran buku. Di sela makan siang itu, kami bertiga (selain acha) cerita heboh dengan dialek Ambon dan gak peduli orang sekitar. Dan Acha hanya ber-hooh-ria atau ngangguk ngangguk saja. Awalnya kupikir karena ini pertemuan perdana dia jadi masih pendiam. Iseng kutanya “Sudah berapa lama di Jakarta? Kalo di Ambon tinggal dimana? Terkhir ke Ambon kapan?” Dan terungkaplah fakta bahwa perempuan manis ini berdarah setengah Ambon dan belum pernah menginjakkan kakinya di Ambon. Jedeer… kutanya lagi “ngerti bahasa Ambon?” yang tentu saja dijawab “Tidak” olehnya. Ahay, pantas saja cuma ngangguk ngangguk. Tidak mengerti ternyata, sodara sodara. Ini kalo tadi dia digosipin juga gak tahu kali ya

Sejak itulah, keakraban mulai tercipta dan puncaknya pada malam 24 Juli 2011 di Plaza Semanggi. Orang pertama yang datang dan harus menunggu kami yang lain. Saat menunggu itu, Alhamdulillah darah Jawanya yang mendominasi, jadi sabaaaar banget. Kalo darah Ambon, sudah ngamuk ngamuk tuh dianggurin sekian lama karena yang lain kena macet jalan. Saya waktu itu malah salah naik bus Trans Jakarta yang akhirnya malah muter muter dulu. Pertemuan perdana yang kalem nan pendiam itu berganti dengan pertemuan kedua yang heboh, penuh canda dan terciptalah satu keluarga baru.

Persahabatan dan persaudaraan dengan Acha semakin special ketika untuk pertamakalinya dia ke Ambon justru untuk menghadiri pernikahanku. See… betapa saya merasa begitu special dalam hidupnya. Satu mimpiku dan satu mimpi Acha terjadi bersamaan. Dari mimpi mimpi itu, lahirlah mimpi mimpi lain kami. Semoga semua tercapai satu demi satu. Kau senja yang elegan, kau senja yang menyisakan harap setelah berjuang. Kau senja yang sahaja.

Kau tahu apa yang indah sist? Ketika gerimis terjadi saat senja. Saat itu ku merasa aku dan kamu satu.
Miladun barokah sayang. Semoga Allah mengijabah setiap doamu. Membuatmu bahagia di dunia dan di akhirat.

*ditulis sebagai kado ultah dari caca qu tersayang Febry Waliulu, danke caca*

0 komentar:

Posting Komentar