Senin, 31 Oktober 2011

*memori*

Hujan ini membawa qu kembali ke masa lalu, mungkin sekitar  4 atau 5 tahun yang lalu, sebuah peristiwa yang membuat qu kuat sampai sekarang, peristiwa yang tidak pernah qu bayangkan, tidak pernah qu impikan sebelumnya, dan qu yakin  pasti semua orang juga tidak ada yang mau peristiwa ini,, namun qu juga yakin setiap peristiwa pasti ada hikmahnya, dan alhamdulilah kami bisa melalui semua itu..

Awalnya keluarga kami sempurna, terlihat sempurna mungkin dari luar, tetapi didalamnya kami rapuh, kedua orang tua kami sering bertengkar, bukan masalah kehadiran pihak ketiga, tapi masalah materi, mama selalu merasa daddy tidak pernah bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga, dengan 6 anak yang saat itu qu dan adik kedua qu athandra sedang kuliah, qu berada di semester 7 sedangkan athandra baru semester 5, adik kembarku Darren dan Darrel saat itu duduk di bangku SMU kelas 2, si cantik najwa masih smp kelas 3 dan si bungsu jeddy masih SD kelas 5, semua butuh biaya, dengan pekerjaan daddy yang hanya sebagai supervisor di salah satu perusahaan swasta memang terlalu kecil untuk kami semua, oleh karena itu mama memulai bisnis kecil-kecilan, untuk menambah kebutuhan kami semua.

Alhamdulilah bisnis mama sukses, sedikit demi sedikit kebutuhan kami terpenuhi, uang kuliah qu dan dan uang sekolah adik-adik tidak pernah nunggak, setiap weekend kami selalu jalan-jalan keluar, meskipun hanya sekedar makan atau ke toko buku, kadang suka sedih melihat kesibukan mama, beliau jarang sekali dirumah demi bisnisnya itu, kangen ngobrol dengan beliau di kala malam sebelum tidur, tapi disisi lain qu mengerti, mama seperti itu juga buat kami, agar kami bisa meneruskan kuliah dan sekolah tanpa kekurangan..

Tetapi keberhasilan mama tidak didukung oleh daddy, daddy cemburu, dia merasa tidak dihargai sebagai suami, tanpa bertanya kepada kami semua, daddy pensiun dini, alasannya capek bekerja, ingin dirumah saja membantu bisnis mama, kami awalnya keberatan dengan pilihan daddy, karena mama berbisnis untuk membantu daddy bekerja, bukan bermaksud bersaing dengan daddy,,entahlah, itu sudah keputusan daddy, kami hanya bisa mendukung..

Semakin tinggi pohon pasti semakin kencang angin yang menerpa, mama ditipu orang, order yang sudah di pesan dibatalkan semua, untuk menutupi kerugian itu mama terpaksa meminjam uang kepada renternir, awalnya keadaan masih bisa mama kendalikan, dengan sisa tabungan yang ada dan sisa bisnisnya mama bisa nyicil hutang kepada rentenir, qu dan adik-adik pun terkena imbasnya, hp kami yang saat itu hp paling mahal terpaksa kami jual untuk membantu membayar hutang mama kepada renternir, computer untuk qu kuliah juga terpaksa digadaikan, puncaknya rumah kami pun dijual untuk melunasi hutang-hutangnya mama, kami pindah ke rumah kontrakan kecil 3 petak, tanpa perabotan apapun, hanya buku-buku sekolah dan baju saja yang kami bawa.

Sebulan, dua bulan, mama memulai bisnisnya kembali dari awal, qu pun terpaksa cuti kuliah membantu mama, biar qu saja yang mengalah, tapi adik-adik qu tetap kuliah dan sekolah, alhamdulilah badai pertama itu berhasil kita lalui bersama, mama sangat tangguh dan tegar, beliau tidak pernah lelah berbisnis agar keadaan kembali seperti semula, sedangkan daddy hanya meratapi nasib tanpa berbuat apa-apa, ingin rasanya marah  sama daddy, sudah tau susah harusnya berusaha, berjuang, bukan menyesali nasib.

Kami pun pindah ke rumah yang lebih besar, memang tidak sebesar rumah kami yang pertama, tapi lebih baik dari rumah kontrakan 3 petak itu, keadaan sudah hampir normal kembali, adik-adik qu sudah bisa tersenyum, tidak terlihat kesedihan lagi di muka mereka, alhamdulilah, namun ternyata Allah belum selesai memberikan cobaan kepada kami, kali ini mama ditipu lagi, bahkan kerugian mama 3x lebih besar dari yang waktu itu, semua barang kami kembali di jual, rumah juga dijual tapi tetap belum bisa menutupi kerugian tersebut, sedangkan setiap saat, setiap detik selalu ada terror dari orang yang menipu mama, dia menuntut ganti rugi, ditengah kekalutan mama menyarankan agar kami kabur saja kekota lain, kota baru  yang tidak ada yang mengenal kita semua, mungkin terkesan kabur dari masalah, tapi saat itu, itu adalah jalan terbaik buat kami, karena sudah berusaha pinjam sama saudara pun mereka tidak ada yang mau perduli sama kami.

Setelah menempuh waktu 14 jam dengan menyewa mobil bak, kami sampai di kota itu, kota kelahiran qu, kota kecil di pelosok pulau jawa, kota yang teduh, damai, tentram masyarakatnya, tapi dikota ini kami tidak punya tempat tinggal, mau tinggal dmn? Uang pun kami tidak punya, hanya cukup untuk makan beberapa hari kedepan, untuk sementara kami tinggal di pompa bensin, lumayan bisa tidur di musholanya, tidak kehujanan ataupun kepanasan, tapi mau sampai kapan? Dikala malam qu pandangi wajah ke 5 adik qu, kasian mereka, apalagi si bungsu, tidak seharusnya mereka merasakan ini, tidak seharusnya mereka ikut memikirkan apakah esok masih bisa makan atau tidak, karena kami tidak punya uang, seharusnya mereka hanya focus belajar saja,,tetapi qu percaya Allah memberikan cobaan kepada hambaNya pasti karena Allah tau bawa hambanya mampu menjalankan cobaan tersebut.

Sudah satu minggu kami tinggal di mushola, akhirnya kami pun di usir secara halus oleh pengurus mushola tersebut, daddy dan mama bingung mau membawa kami  kemana lagi, karena kami tidak punya siapa-siapa di situ, diantara kebingungan mau tinggal dimana kami bertemu dengan orang asing yang baik hati, dia ada tempat kecil, seperti kios yang sudah lama tidak dipakai, dia mengatakan tempat itu boleh dipakai oleh kami untuk sementara, akhirnya kami pun tinggal disana, tempatnya lebih tepat disebut gubuk kecil, karena dindingnya dari gedek bambu, tiangnya dari kayu dan atapnya dua lapis, lapis pertama plastic bening, lapis kedua juga gedeg bambu, gubuk itu tidak ada pintunya, hanya sekat sebagai pembatas saja, tidak ada kamar mandi dan hanya tersedia dipan kecil untuk tidur,, ya Allah saat melihat itu semua ingin rasanya menangis, mana mungkin kami tinggal di tempat itu, sangat tidak layak sebenarnya untuk di tinggali, tapi mau bagaimana lagi, qu ga boleh nangis, kalo qu lemah bagaimana dengan adik-adik, pasti mereka lebih lemah lagi, dan bahkan bisa trauma.

Tempat itu pun kami rapikan, kami bersihkan dari sampah-sampah yang tertinggal, membuatnya senyaman mungkin, serapih mungkin agar bisa disebut rumah, paling tidak dikala malam kami tidak kan  kedinginan dan dikala siang kami tidak akan kepanasan, dipan itu sebenarnya sangat kecil tapi harus kami bagi sedemikian rupa agar kami berdelapan bisa cukup tidur disitu, seperti sarden, berdempetan dalam satu kaleng, namun justru keadaan itu membuat kami dekat satu sama lain,kami selau cerita sebelum tidur, mengenang masa-masa indah sebelum terdampar di tempat ini, menangis dan tertawa bersama itu indah ternyata, mungkin ini maksud Allah memberikan cobaan ini, karena kami sudah lama sibuk dengan kegiatan masing-masing jadi lupa satu sama lain, tapi kondisi ini yang menyatukan kami kembali agar saling menguatkan, saling berpegangan tangan menghadapi apapun dan siapapun,,

Gubug itu adalah Gubug derita yang menyimpan banyak kejadian lucu, diantaranya setiap hujan karena hanya beratapkan plastik dan gedeg pasti bocor, jadi kadang  terpaksa begadang bergantian, bocornya hanya di satu tempat, otomatis ada yang tidak tidur, dan karena dipannya  itu dibuatnya tinggi, kalau sudah hujan pasti juga banjir, pertama kali datang ke gubug kami  belum tau akan banjir, karena sudah terlalu capai disaat hujan turun kami tetap tertidur, pagi harinya selain basah kami semua kebingungan karena semua sandal kami hanyut dibawa banjir, untung hanyutnya tidak terlalu jauh jadi bisa diambil lagi sendalnya,,

Terkadang kami juga harus puasa, lebih tepatnya qu , mama dan daddy yang sering puasa, kami tidak tega melihat adik-adik tidak makan, jadi kami bertiga yang memilih untuk puasa, itupun mereka hanya makan sehari sekali, kalau ada rejeki baru bisa makan sehari dua kali, kalian tau apa yang mereka makan?? Hanya 3 bungkus nasi kecil atau sering disebut nasi kucing oleh masyarakat setempat, dengan lauk tempe kering atau sambal teri yang di bagi untuk berlima, miris sekali bukan, tapi dengan melalui semua ini kami jadi lebih menghargai sebutir nasi! Lebih menghargai bahwa cari uang untuk makan saja susah, kok ya masih banyak yang berfoya-foya menghamburkan uang atau kekayaannya tanpa  ada tujuan yang jelas???

Hampir berbulan-bulan kami melewati hari-hari seperti itu, berusaha dan berdoa agar bisa bangkit dari keterpurukan ini, alhamdulilah usaha kami tidak sia-sia, saat ini qu dan athandra sudah bekerja di salah satu perusahaan ternama di ibukota, sikembar Darren dan Darrel harus mengulang kuliah dari awal lagi tapi sekarang sudah semester akhir, najwa baru masuk kuliah semester satu di universitas favorit di kota itu sedangkan si bungsu jeddy masuk SMU, alhamdulilah kami juga sudah mempunyai rumah yang layak disebut rumah, bukan gubug seperti kami tinggal dahulu.

Kenangan itu tidak bisa dihapus, akan tetap diingat, bukan untuk meratapi masa lalu, justru untuk menjadi cambuk agar lebih baik menjalani hidup ini, karena kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di esok hari, jalanilah setiap detik waktu hidup ini dengan yang terbaik, apapun yang terjadi percayalah ALLAh tidak akan pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan hambaNya..keep smile kawan :)

 November 2007_TANIRE’S FLORA_*

2 komentar:

ROe Salampessy mengatakan...

ya Allah, ini tulisan jujur sekali.
ngangis beneran gw..

bingung maw bilang apa lagi.

keep smile my sista.! aku berdoa untukmu.

cheracau mengatakan...

@roe salampessy : jiaah abang jgn di dramatisir ah, qu cm mencoba menggabungkan imajinasi dgn keadaan sekitar az, klo abang terharu berarti qu berhasil :)

danke banya abang :))

Posting Komentar